Saturday, 26 November 2011

AMPUN


Menerima atau Menolak

Di Lousiana, Amerika Serikat, ada sebuah pengadilan yang menarik perhatian seluruh Negara. Peristiwa itu terjadi pada tahun 1982. Seorang pria dijatuhi hukuman mati karena membunuh keluarganya. Saat dia duduk di kursi penantian, para pengacaranya berusaha keras untuk memintakan pengampunan baginya. Mereka menggunakan berbagai cara untuk menyelamatkan klien mereka.
Ketika detik-detik hukuman makin mendekat, semua harapan tampaknya semakin memudar. Kemudian, secara tidak terduga, pada pukul 11.30, setengah jam sebelum dia dibawa ke ruang gas, pemerintah Lousiana mengeluarkan surat pengampunan.
Para pengacaranya sangat bersukacita saat menyampaikan berita itu kepada klien mereka. Namun, sesuatu yang mengejutkan terjadi. Pria tersebut menolak pengampunan itu. Tepat pukul 12.00 tengah malam, mereka mengikatnya di kursi kamar gas dan beberapa saat kmudian pria itu meninggal. Seluruh warga di Negara bagian itu terkejut. Orang itu memperoleh pengampunan penuh, namun dia memilih untuk mati.
Dengan segera, perdebatan hukum yang seru terjadi: Orang itu diampuni karena pemerintah menawarkan pengampunan, atau dia diampuni karena dia menerima pengampunan itu? Perdebatan itu bahkan terjadi di tingkat pengadilan tertinggi. Akhirnya, oleh pengadilan diputuskan bahwa pengampunan itu tidak berlaku kecuali diterima oleh yang bersangkutan.
Demikian juga dengan kita. Allah menawarkan kehidupan kekal kepada kita, suatu pengampunan dari dosa, meskipun kita seringkali menolaknya. Oleh karena itu, kita harus rela menerima penawaran pengampunan dari Allah. (Jim Burns dan Greg mcKinnon, « «A Pardon : A Lousiana Court Case.” )

“Tentang Dialah semua nabi bersakasi, bahwa
Barang siapa percaya kepada-Nya, ia akan mendapat
pengampunan dosa oleh karena
nama-Nya.” (Kis 10 : 43)

0 komentar:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.

Template by:

Free Blog Templates