Friday, 29 October 2010

Quote Today


Janganlah kita lalai untuk saling memperhatikan, saling peduli, dan saling menolong. Namun, yang jauh lebih penting daripada ketiga hal itu adalah saling berdoa.
-          Michael Baughen

Kristus Dan Yudas di "Perjamuan Terakhir"

Ketika Leonardo da Vinci sedang melukis karya masterpiece-nya yang berjudul The Last Super, dia cukup lama dalam mencari model Kristus untuk lukisannya. Akhirnya, dia menemukan seorang anggota koor di salh satu Gereja di Romayang begitu hidup dan menarik yang bernama Pietro Bandinelli.
Tahun- tahn pun berlalu, dan lukisan itu masih belum selesai. Semua murid telah dilukisnya kecuali satu murid, yaitu Yudas Iskariot. Sekarang, dia mulai mencari seorang yang wajahnya menjadi keras dan berubah karena dosa. Akhirnya, dia menemukan seorang pengemis di jalan- jalan Roam yang wajahnya begitu buruk. Dia gemetar karena ngeri ketika melihat wajahnya. Dia mengupah orang itu dan menyuruhnya duduk saat melukis wajah Yudas di kanvasnya. Ketika dia akan berpisah dengan orang itu, dia berkata, "Saya belum tahu namamu."
"Saya adalah Pietro Bandinelli," ujarnya, "saya dulu juga duduk untukmu sebagai model Kristus." (Indian Christian)

"Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam."
(Maz 1:1-2)

Thursday, 28 October 2010

Kristus Tukang Rombeng


Saya melihat suatu pemandangan yang aneh. Saya belum pernah mendengar kisah seperti ini seumur hidup saya. Tenang, saya akan menceritakannya kepada Anda.
            Menjelang fajar , pada suatu hari Jumat saya melihat seorang pria muda, tampan dan kuat, brejalan di lorong- lorong kota kami. Dia menarik gerobak yang penuh dengan pakaian baru sambil berseru dengan suara nyaring, "Rombeng!" Ah, udara berbau busuk dan cahaya yang muram itu dilintasi oleh suara music yang indah.
            "Rombeng! Baju lama ditukar baju baru! Saya menerima baju rombeng! Rombeng!"
            "Sekarang inilah keajaiban," pikir saya dalam hati, karena pria ini tinggi besar, dan lengannya kukuh seperti dahan pohon, keras dan berotot. Matanya menyorotkan kecerdasan. Apakah dia tidak dapta mencari pekerjaan yang lebih baik sehingga memilih menjadi tukang rombeng di kota yang kumuh?
            Saya mengikutinya karena keingintahuan saya yang besar. Dan, saya tidak kecewa.
            Tukang rombeng itu melihat seorang wanita duduk di beranda belakang. Dengan saputangan menutupi wajahnya, dia menangis, mengeluh dan mencucurkan ribuan tetes air mata. Lutut dan sikunya membentuk huruf X. Bahunya bergetar. Hatinya hancur.
            Tukang rombeng itu menghentikan gerobaknya. Dengan tenang, dia menghampiri wanita itu sambil menginjak kaleng- kaleng kosong, mainan rusak, dan barang rongsokan lainnya.
            "Berikan barang rombengmu," ujar tukang rombeng itu dengan sabar, "dan saya akan memberimu barang baru."
            Tukang rombeng itu melepaskan saputangan dari mata wanita itu. Wanita itu memandangnya, dan tukang rombeng itu meletakkan sebuah saputangan linen yang baru dan bersih ke telapak tangannya. Mata wanita itu beralih dari pemberian itu ke pemberinya.
            Kemudian, saat tukang rombeng itu menarik gerobaknya kembali, dia melakukan hal yang aneh: Dia mengusapkan saputangan yang penuh noda itu ke wajahnya sendiri, kemudian dia mulai menangis. Dia menangis begitu kerasnya seperti wanita itu sehingga pundaknya bergetar. Namun, wanita itu tidak lagi menangis.
            "Ini ajaib," ujar saya kepada diri saya sendiri, dan saya mengikuti tukang rombeng seperti seorang anak yang ingin membongkar suatu misteri.
"Rombeng! Rombeng! Baju tua saya ganti dengan baju baru!"
            Tidak lama kemudain, ketika matahari makin tainggi, tukang rombeng itu mendatangi seorang gadis yang kepalanya dibalut. Mata gadis itu menatap kosong. Darah membasahi perbannya. Aliran darah mengalir di pipinya.
            "Berikan perbanmu", ujarnya, "dan saya akan memberimu sebuah topi baru."
            Anak gadis itu hanya dapat menatap tukang rombeng dengan heran ketika dia mulai melepaskan perban di kepalanya sendiri. Kemudian, dia memasang topi baru itu di kepala gadis gadis kecil itu. Dan saya terperangah dengan apa yang saya lihat. Sekarang ganti kepala tukang rombeng itu yang terluka. Di alisnya mengalir darah segar, darahnya sendiri!
"Rombeng! Rombeng! Saya menerima barang rombeng!" teriak tukang rombeng yang kuat, cerdas tetapi menangis dan berdarah.
Matahari menyilaukan mata saya dan tukang rombeng itu terlihat makin tergesa- gesa.
"Apakah kamu mau bekerja?" Tanyanya kepada seorang yang bersandar di tiang telepon. Pria itu menggelengkan kepalanya.
Tukang rombeng itu mendesaknya, "Apakah kamu memiliki pekerjaan?"
"Kamu gila ya?" ujar orang itu sambil menyeringai. Dia tidak lagi bersandar pada tiang telepon, tetapi membuka lengan bajunya dan menarik tangannya dari kantung jaketnya. Dia tidak mempunyai tangan.
"Berikan jaketmu kepada saya dan saya akan memberimu jaket saya," perintah tukang rombeng itu.
Suaranya memancarkan otoritas.
Pria buntung itu melepaskan jaketnya. Demikian juga tukang rombeng itu. Dan, saya gemetar mengetahui apa yang saya lihat: lengan tukang rombeng itu melekat di jaketnya dan ketika pria buntung itu mengenakan jaket, lengan itu terpasang di pundaknya. Sekarang tukang rombeng itu buntung sebelah tangannya.
"Pergilah bekerja," ujar tukang rombeng itu.
Setelah itu, tukang rombeng menjumpai seorang pemabuk yang berbaring pingsan di bawah selimut tentara. Pemabuk itu tampak tua dan memprihatinkan. Tukang rombeng itu mengambil selimut pemabuk itu dan membungkusnya ke tubuhnya sendiri, lalu menyelimuti pemabuk tua itu dengan selimut baru.
Dan sekaranng saya harus berlari supaya bisa mengikuti tukang rombeng itu.
Meskipun dia menangis menjadi- jadi, darah bercucuran di wajahnya, menarik gerobak dengan satu lengan, tersandung, terjatuh berkali- kali, kelelahan tua dan sakit, dia melangkah dengan kecepatan tinggi. Dengan "kaki laba- laba" dia menyusuri lorong- lorong kota itu.
Saya terkejut melihat perubahan pria ini. Saya sedih melihat penderitaannya. Meskipun demikian, saya ingin melihat kemana dia pergi, dengan begitu tergesa- gesa dan saya juga ingin mengetahui apa yang membuatnya melakukan semua ini.
Tukang rombeng yang sekarang bertubuh kecil dantua itu pergi ke suatu tempat. Dia menghampiri sebuah lubang sampah. Saya ingin membantunya mengerjakan apapun, namun saya menarik diri dan bersembunyi. Dia mendaki sebuah bukit.  Dengan usah ayang keras dia membersihkan sebuah tempat di bukit itu. Kemudian dia menarik napas. Dia berbaring. Dia memakai saputangan dan jaket sebagai bantalnya. Dia menutupi tulang tulang- tulangnya dengan selimut tentara. Dan..., dia mati.
Oh, saya menangis menyaksikan kematian seperti itu! Saya masuk ke dalam sebuah mobil rongsokan dan menangis serta meratap seperti orang yang tidak punya pengharapan, karena saya mulai mencintai tukang rombeng itu. Saya sangat menghargai tukang rombeng itu, tetapi dia mati. Saya menangis sampai jatuh tertidur.
Saya tidak tahu – bagaimana saya bisa tahu? – bahwa saya tidur melewati Jumat malam dan Sabtu malam.
Tetapi kemudian, pada Minggu pagi, saya tersentak bangun.
Cahaya – sinaryang murni – menghunjam wajah saya yang kecut, dan saya mengerjapkan mata saya. Saya melihat keajaiban yang terakhir dan pertama. Tukang rombeng itu bangun, melipat selimutnya dengan amat hati- hati. Ada goresan luka di dahinya, namun dia hidup! Di samping itu dia juga sehat! Tidak ada kesan sedih atau tua di wajahnya, dan semua rombengan yang berhasil dikumpulkannya tampak bersih dan bersinar.
Saya tidak sanggup menatap semua itu lagi. Saya gemetar melihat semua itu. Saya berjalan mendekati tukang rombeng itu. Saya memberitahu nama saya dengan rasa malu, karena saya adalah mahluk yang patut dikasihani di hadapannya. Kemudian saya melepaskan pakaian saya di tempat itu, dan saya berkata kepadanya dengan penuh permohonan, "Beri saya pakaian baru."
Dia memakaikan saya pakaiamn baru di tubuh saya. Saya menjadi ciptaan baru di tangannya. Tukang rombeng itu, tukang rombeng itu, tukang rombeng itu adalah Kristus. (Walter J. Wangerin, "Ragman)

"Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang. "
(2 Kor 5:17)

Quote Today


Pujian yang dinaikkan dengan sepenuh hati jauh lebih berharga ketimbang emas dan permatadi mata Tuhan.
-          Lim Hwa Yong

Monday, 25 October 2010

~Kasih itu Tidak Mudah~

Jean Ducuing, direktur sebuah kebun binatang di Pessac, Prancis memiliki seekor kuda nil bernama Komir yang berusia 26 tahun. Ducuin, 62 tahun, telah bersahabat dengan kuda nil itu sejak binatang bertubuh tambun itu berusia 3 tahun. Jadi, selama 23 tahun hampir tiap hari dia bermain - main dengan binatang kesayangannya ini.

Mereka bermain air bersama, bahkan Ducuing melakukan guyonan yang agak keterlaluan. Dia sering memasukkan kepalanya ke mulut binatang yang memang bermulut lebar ini.

Namun, persahabatan yang berlangsung hangat dan mesra dalam tempo lama ini berubah menjadi tragedi yang mengerikan. Hal itu dimulai ketika Ducuing membeli sebuah traktor yang dipakainya untuk bekerja di sekeliling kebun binatang. "Kami memperhatikan bahwa setiap kali Ducuing mengendarai traktornya, Komir marah," ujar Jean-Claude Marchais, teman dekan Jean Ducuing.

Puncaknya tesjadi pada minggu pertama bulan November 1999. Mungkin karena merasa cemburu dengan "mainan" baru Ducuing, yaitu traktornya, kuda nil itu melompati pagar listrik yang mengelilingi kandangnya, dan mengunyah sahabat kentalnya itu sampai mati. "Inilah kisah cinta yang berakhir dengan buruk," tambah Marchais. (Anna Kuchment, "Hungry Hippo", Newsweek).


"Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu." (1 Kor 13:4)

Wednesday, 20 October 2010

~Doa~ Kuasa yg Menggetarkan~Doa~ Kuasa yg Menggetarkan

Seorang nenek yang tinggal d California mempunyai menantu lakia-laki. Selama bertahun2 menantuny ini bersikap kejam terhadap anak perempuanny dan cucu2ny. Selama itu, nenek Kristen yg baik ini berdoa dengan tekun tetapi tanpa hasil.

Suatu malam, nenek itu mendengar Joy Dawson berbicara tentang pentingny mengampuni orang yg telah melukai kita. Nenek itu dipenjarakan oleh rasa dendam terhadap menantuny sehingga dengan rajin ia mencatat 8 cara praktis dr Joy untuk menghilangkan dendam.


Saat pulang, nenek tersebut berlutut dan menyesali dosanya. Dia mempraktikkan 8 cara tersebut satu per satu. Saat itu waktu menunjukkan pukul 11.30 malam, hari Jumat.


Hari Sabtu pagi, nenek itu dikejutkan oleh kedatangan menantu laki2ny ke rumahnya. Hal itu tidak diduganya sejak dia pergi selama 7 jam. Menantunya menceritakan bahwa sejak pukul 11.30 semalam, dia masih dikuasai oleh dosa. Namun, ada satu kuasa yg menggetarkan jiwanya sehingga dia menyesali dosanya dan menyerahkan hidupny untuk Kristus. Dia memohon ampun kepada istri dan anak2ny dan saat itu juga minta maaf kepada mertuanya. (Joy Dawson, "How to Pray for Someone Near You Who is Away from God")



"Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya"

(Yak 5:16)

Berharap Buta

Penulis lagu pujian, Fanny Crosby, telah memberi kita warisan lebih dr 8.000 lagu rohani. Meskipun buta pada usia 6 minggu, dia tidak pernah mengalami kepahitan karena kebutaannya.


Suatu kali, seorang pengkhotbah dengan perasaan simpati berkata, "Saya kira sayang sekali Tuhan tidak memberimu penglihatan saat Dia menghujanimu dengan begitu banyak karunia yang lain."



Dia memjawab dengan cepat, "Tahukah Anda jika ketika dilahirkan saya bisa meminta satu permohonan, saya ingin dilahirkan buta saja?"


"Mengapa?" tanya pengkhotbah itu dengan heran.


"Karena ketika saya masuk surga nanti, wajah pertama yang saya lihat adalah wajah Juru Selamat saya!"




Kata Yesus: 'Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi, supaya barang siapa yang tidak melihat, dapat melihat, dan supaya barangsiapa yang dapat melihat, menjadi buta.'

(Yoh 9:39)

Template by:

Free Blog Templates